Minggu, 12 Desember 2010

Ayat-ayat tentang Manusia

سُوۡرَةُ آل عِمرَان
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ (
١٠٢)
KELUARGA ’IMRAN
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (102)
Tafsir
Bertakwalah kepada Allah karena memang sudah menjadi hak-Nya agar manusia bertakwa kepada-Nya. Takwa tidak terbatas waktunya hingga menimbulkan keinginan dalam hati untuk berusaha mencapainya dalam waktu tertentu itu, sebagaimana yang digambarkan dan dibayangkan orang. Apabila hati sudah memasuki jalan takwa, maka akan terbukalah banginya cakrawala yang luas, dan akan timbullah kerinduan-kerinduan. Semakin dekat seseorang dengan ketakwaannya kepada Allah, maka akan semakin kuatlah kerinduannya kepada kedudukan teringgi yan dapat dicapainya, dan tingkat setelahnya. Maka, akan sampailah hatinya ke maqam (posisi) kesadaran hingga tidak tidur dan terlena lagi.

سُوۡرَةُ الاٴعرَاف
وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱلَّذِىٓ ءَاتَيۡنَـٰهُ ءَايَـٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنۡهَا فَأَتۡبَعَهُ ٱلشَّيۡطَـٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلۡغَاوِينَ (
١٧٥) وَلَوۡ شِئۡنَا لَرَفَعۡنَـٰهُ بِہَا وَلَـٰكِنَّهُ ۥۤ أَخۡلَدَ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ وَٱتَّبَعَ هَوَٮٰهُ‌ۚ فَمَثَلُهُ ۥ كَمَثَلِ ٱلۡڪَلۡبِ إِن تَحۡمِلۡ عَلَيۡهِ يَلۡهَثۡ أَوۡ تَتۡرُڪۡهُ يَلۡهَث‌ۚ ذَّٲلِكَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَـٰتِنَا‌ۚ فَٱقۡصُصِ ٱلۡقَصَصَ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ (١٧٦)
TEMPAT TERTINGGI
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami [pengetahuan tentang isi Al Kitab], kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh syaitan [sampai dia tergoda], maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (175) Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan [derajat]nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya [juga]. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah [kepada mereka] kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (176)
Tafsir
Ini adalah pemandangan yang menakjubkan, baru, dan serius, yang terkandung dalam lukisan dan pelukisan bahasa ini. Seorang manusia yang Allah memberikan kepadanya ayat-ayat-Nya (pengetahuan tentang isi Alkitab), memberikan karunia kepadanya, memberinya, dan memberinya kesempatan yang sempurna untuk menggunakan petunjuk, berhubungan dengan Tuhan, dan meninggikan derajatnya. Akan tetapi, ia melepaskan diri dari semua ini. Ia melepaskan diri seakan-akan ayat –ayat Allah sebagai kulit yang melekat pada dirinya. Lantas, ia melepaskannya dengan keras dan susah payah, seperti halnya makhluk hidup melepaskan dirinya dari kulit yang melekat pada dirinya. Bukankah keberadaan manusia itu lekat dengan rasa iman kepada Allah seperti melekatnya kulit pada tubuh?
Nah, inilah ia melepaskan diri dari ayat-ayat Allah, melepaskan diri dari penutup yang melindungi, dan baju besi pelindung diri. Ia menyimpang dari petunjuk untuk mengikuti hawa nafsu, turun dari ufuk yang bersinar cemerlang lantas belepotan dengan tanah lumpur. Sehingga, jadilah ia sebagai buruan setan yang tidak ada seorang pun yang dapat melindunginya dari setan itu. Karena itu, ia menjadi pengikut setan dan dikuasai olehnya.
Kemudian, inilah kita berada didepan pemandangan yang menakutkan dan mengerikan. Yaitu, berada didepan makhluk yang lekat ke bumi, berlumuran dengan lumpur, dan tiba-tiba keadaannya berubah seperti anjing, yang mengulurkan lidahnya. Kalau dihalau dan mengulurkan lidahnya meskipun tidak dihalau.pemandangan pemandangan ini bergerak dengan beruntun, dan bayangan tentang kesan-kesannya tampak jelas. Tiba-tiba kita berada pada pemandangan terakhir. Yaitu menjulurkan lidah yang tiada henti. Terdengar komentar yang menakutkanb dan mengesankan terhadap semua pemandangan itu.
Begitulah perumpamaan merkea! Ayat-ayat yang membawa ptunjuk dan mengisyaratkan serta memicu keimanan melekat pada fitrah mereka dan keberadaan mereka serta seluruh wujud semesta yang ada disekelilingya. Akan tetapi, kemudian mereka melepaskan diri darinya. Tiba-tiba mereka berubah eksistensinya, turun derajatnya dari posisi “manusia” ke posisi binatang… posisi anjing yang begelimang debu. Padahal, mereka memiliki sayap iman yang digunakan terbang ke “illiyyin”, posisi orang-orang yang tinggi dan terhormat. Fitrah mereka yang pertama adalah dalam bentuk yang seindah-indahnya. Akan tetapi, mereka jatuh darinya ke derajat yang serendah-rendahnya!   

سُوۡرَةُ بنیٓ اسرآئیل / الإسرَاء
۞ وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَـٰهُمۡ فِى ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَـٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَـٰتِ وَفَضَّلۡنَـٰهُمۡ عَلَىٰ ڪَثِيرٍ۬ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلاً۬ (
٧٠)

MEMPERJALANKAN DI MALAM HARI
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, [1] Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (70)
Tafsir
“kami angkut mereka didaratan dan dilautan…” Mengankat mereka didaratan dan dilautan ini terjadi dengan ditundukan-Nya hokum alam agar ia serasi dengan tabiat kehidupan manusia beserta semua potensi yang dimilikinya. Seandainya hokum ala mini tidak harmonis dengan tabiat kemanusiaan, niscaya tak akan tegak kehidupan manusia. Karena, ia sangat lemah dan kerdil jika disbanding dengan fenomena-fenomena alam yang ada dilautan maupun didaratan. Tetapi, manusia dibekali Allah dengan kemampuan menguasai kehidupan di alam raya. Sekaligus dibekali dengan berbagai potensi agar ia dapat memanfaatkan ala mini. Semua itu merupakan anugerah Allah yang amat besar.
“Kami beri mereka rezeki dari yang bai-baik.” Biasanya manusia mudah melupakan rezeki yang baik-baik yang diberikan Allah kepadanya, karena ia terbiasa hidup dalam kemewahan. Sehingga, banyak orang yang tak merasakan nikmatnya rezeki yang baik kecuali ketika ia kehilangan rezeki itu. Dikala itulah, manusia menyadari nilai dari dari yang selama ini ia nikmati. Tetapi, memang cepat sekali manusia lalai dan lupa kan segala bentuk kenikmatan yang berupa matahari, udara, air, kesehatn dan kemampuan untuk bergerak, pancaindra, akal pikiran, dan berbagai makanan dan minuman serta pemandangan. Juga alam raya yang luas yang dikuasakan kepadanya, yang didalamnya terdapat rezeki yang baik dengan jumlah yang tak terhingga.
“ …dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang kami ciptakan.” Kaminutamakan manusia dengan kami jadikan mereka sebagi khalifah yang menguasai bumi seluas-luasnya. Juga dengan kami berikan didalam fitrah manusia sebagai makhluk yang unik dan istimewa ditengah makhlik-makhluk yang lain.
Setiap manusia akan mendapatkan hasil amalnya
Setiap saru bentuk kemulian manusia yang lain adalah bahwa ia bebas bertanggung jawab atas dirinya sendiri, dank an menanggung akibat visi hidup yang ia anut dan hasil karya amalny. Bahkan, ini merupakan karakter utama yang menjadikan manusia sebagai manusia, diamana ia bebas memilih arah hidupnya dan ia sendiri yang akan bertanggung jawab atas pilihannya. Dengan inilah manusia diangkat sebagai khalifah di negeri dunia tempat berkarya ini. Karena itu, sungguh adil jika menemukan balasan dari arah hidupnya dan menerima dari amal usahanya itu di negeri tempat dihisabnya amal perbuatan kelak.     

سُوۡرَةُ المؤمنون
وَٱلَّذِينَ هُمۡ لِفُرُوجِهِمۡ حَـٰفِظُونَ (
٥)
ORANG-ORANG YANG BERIMAN
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, (5)
Tafsir
Ini adalah kesucian roh, rumah tangga, dan jamaah. Ia juga merupakan penjagaan jiwa, keluarga, dan masyarakat, dengan menjaga kemaluan dari penyimpangan seksual yang tidak halal, menjaga hati dari keinginan yang tidak halal, dan menjaga jamaah dari kebebasan syahwat didalam hal-hal yang haram tanpa disadari. Yaitu, hancurnya institusi rumah tangga dan hancurnya keturunan.
Masyarakat yang telah dominan kebebasan syahwatnya tanpa bisa dihindari adalah masyarakat yang kotor dan hina dalam kemanusiaan. Ukuran yang tidak mungkin salah dalam meningkatkan kehidupan manusia adalah mengendalikan keinginan manusia dan mengalahnkannya. Pengelolaan dorongan-dorongan fitrah dalamgambaran yang mebuahkan dan suci membuat semua bayi tahu proses lahirnya mereka kedunia ini. Karena, proses tersebut adalah proses yang suci dan alami. Dengan proses ini, setiap bayi tahu siapa bapaknya. Bukan seperti hewan yang hina di mana betinanya dibuahi oleh jantanya hanya karena nafsu. Kemudian anak hewan tidak tahu sama sekali dari mana proses keberadaannya.
Al-Qur’an disisni membatasi tempat-tempat pembuahannya yang halal dimana seharusnya setiap orang meletakkan benihnya.

سُوۡرَةُ التِّین
بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ
وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيۡتُونِ (١) وَطُورِ سِينِينَ (٢) وَهَـٰذَا ٱلۡبَلَدِ ٱلۡأَمِينِ (٣) لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ فِىٓ
أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٍ۬ (٤) ثُمَّ رَدَدۡنَـٰهُ أَسۡفَلَ سَـٰفِلِينَ (٥) إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ فَلَهُمۡ أَجۡرٌ غَيۡرُ مَمۡنُونٍ۬ (٦) فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعۡدُ بِٱلدِّينِ (٧) أَلَيۡسَ ٱللَّهُ بِأَحۡكَمِ ٱلۡحَـٰكِمِينَ (٨)
BUAH TIN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Demi [buah] Tin dan [buah] Zaitun [1], (1) dan demi bukit Sinai [2], (2) dan demi kota [Mekah] ini yang aman, (3) sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (4) Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya [neraka], (5) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya. (6) Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan [hari] pembalasan sesudah [adanya keterangan-keterangan] itu? (7) Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya? (8)
Tafsir
Dari ayat-ayat ini, tampak bagaiman perihatian Allah dalam menciptakan manusia di dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Memang Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, tetapi dikhususkannya penyebutan manusia disini dan di tempat-tempat lain dalam Al-Qur’an dengan susunan yang sebaik-baiknya, bentuk yang sebaik-baiknya, dan keseimbangan yang sebaik-baiknya. Hal ini menunjukan perhatian yang lebih dari Allah kepada makhluk yang bernama manusia.
Perhatian Allah kepada manusia, meskipun pada diri mereka juga terdapat kelemahan dan adakalnya penyimpangan dari fitrah dan kerusakan, mengisyaratkan bahwa mereka memiliki urusan tersendiri dari Allah, dan memiliki timbangan sendiri didalam system semesta. Perhatian ini tampak didalam penciptaanya dan susunan tubuhnya yang bernilai dibandingkandengan makhluk lain, baik dalam susunan fisiknya yang sangat cermat dan rumit, susunan akalnya yang unik, maupun susunan ruhnya yang menakjubkan.
Kemudian pembicaraan disini ditekankan khususiah ruhiahnya. Karena, ialah yang menjadikannya jatuh ketempat yang serendah-rendahnya ketika menyimpang dari fitrah dan menyeleweng dari iman yang lurus. Karena sudah jelas bahwa wujud badaniyah tidak akan menjatuhkannya ke derajat yangserendah-rendahnya.
Didalam khususiah ruhiahnya ini, tampaklah keunggulan wujud manusia. Maka, mereka diberi potensi untuk mencapai tingkatan yang tinggimelebihi kedudukan malaikat muqarrabin, sebagaimana dibuktikan dengan adanya peristiwa isra mi’raj. Ketika itu malaikat jibril berhenti pada suatu tempat, sedang Nabi Muhammad bin Abdullah yang masih manusia it uterus naik ketempat yang lebih tinggi.
Akan tetapi, manusia juga potensial untuk mencapai derajat terendah yang tidak ada makhluk lain mencapai derajat kerendahan sepperti itu. “kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya.” Ketika itu makhluk binatang pun masih lebih tinggi dan lebih lurus daripadanya. Karena, binatang masih istiqamah pada fitrahnya, masih melaksanakan ilham bertasbih menyucikan Tuhannya, dan menunaikan tugasnya di bumi menurut petunjuk yang digariskan Allah. Sedangkan, manusia yang diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya, mengingkari Tuhannya dan meperturutkan hawa nafsunya. Sehingga ia jatuh kelembah kehinaan terendah yang binatang pun tidak sampai jatuh serendah itu.
“sesengguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” dalam fitrah dan potensinya. ”kemudian kami kembalikan di ke tempat yang serendah-rendahnya” ketika dia sudah menyimpang dengan fitrahnya dari garis yang telah ditunjuki dan dijelaskan oleh Allah. Kemudian dibiarkan-Nya ia untuk memilih salah satu dari dua jalan kehidupan.
“ Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta meningkatkan derajatnya ketingkat kesempurnaan sesuai dengan ukuran yang ditetapkan untuknya. Sehingga, mencapai kehidupan yang sempurna di negeri kesempurnaan. “maka, bagi mereka pahala yang tiada putu-putusnya”, yang kekal abadi tidak akan pernah berhenti.
Adapun orang-orang yang terbalik dengan fitrahnya ke tingkatan yang serendah-rendahnya, maka kelak akan menempati tempat paling rendah di akhirat nanti, dineraka jahanam. Disana kemanusiaannya tersia-sia, berkubang dalam kehinaan.
Inilah dua akibat yang logis sesuai dengan titik awalnya. Adakalanya bermula dari komitmennya pada fitrah yang lurus dan menyempurnakannya dengan iman, serta meninggikannya dengan amal saleh. Kemudian pada akhirnya dia akan sampai pada kesempurnaan yang ditetapkan dan berada dalam kehidupan yang penuh dalam kenikmatan. Namun ada kalanya menyimpang dari fitrah yang lurus, terbalik, dan terputus dari tiupan ilahih. Sehingga, pada akhirnya ia sampai ke tempat paling rendah, di neraka yang menyala-nyala.
Oleh karena itu, tampak jelaslah nilai iman di dalam kehidupan manusia. Iman inilah yang meningkatkan dan menyampaikan fitrah yang lurus untuk mencapai puncak kesempurnaanya. Ia adalah tali yang membentang antara fitrah dan penciptanya. Ia adalah cahaya yang menerangi langkah-langkahnya untuk mendaki kepada kehidupan orang dalam kemuliaan yang kekal.
Apabila tali ini putus dan cahaya itu padam, maka hasil yang pasti adalah keterjatuhan ketempat yang serendah rendahnya. Sehingga, terabaikan kemanusiaanya secara total, ketika tanah liat berlumuran pada wujud manusia. Dengan demikian, ia menjadi bahan bakar api neraka bersama bebatuan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar